Sunday 26 May 2013

Mantan tentara Inggris bicara Serangan Woolwich



Mantan tentara Inggris bicara Serangan Woolwich: Itulah buah pendudukan kita di negeri mereka

Sabtu, 15 Rajab 1434 H / 25 Mei 2013 11:30
Mantan tentara Inggris bicara Serangan Woolwich: Itulah buah pendudukan kita di negeri mereka
Joe Glenton
Joe Glenton adalah seorang mantan tentara Inggris yang pernah menghabiskan lima bulan penahanan di penjara militer karena menolak tugas keduanya untuk dikirim ke Afghanistan atas dasar hukum dan moral. Dia sekarang melanjutkan studi mengenai hubungan internasional. Glenton juga dikenal sebagai penulis.
Sementara belum ada kejelasan tentang berita pembunuhan seorang tentara Inggris di Woolwich oleh dua orang yang diklaim mengaku Muslim, di sebuah media massa Glenton berpendapat bahwa bagaimanapun peran “kebijakan” Inggris di luar negeri tidak bisa diabaikan dalam hal ini. Berikut pernyataan Glenton:
Saya seorang mantan tentara [Inggris]. Saya menyelesaikan satu perjalanan tugas di Afghanistan, namun kemudian atas dasar hukum dan moral saya menolak untuk menjalankan tugas kedua di sana. Sebagai akibatnya, saya diharuskan menghabiskan lima bulan di penjara militer.
Ketika berita tentang serangan di Woolwich muncul, kebetulan saya sedang duduk bersama dengan Ross Caputi. Ross adalah mantan tentara Angkatan Laut AS, dan dia ternyata juga seorang pembuat film yang bertugas di Irak dan menyaksikan penjarahan dan iradiasi di Falluja. Dia juga penduduk asli Boston. Bersama-sama, kami menyaksikan berita tersebut, dan kami langsung meyakini bahwa apa yang kami lihat itu merupakan hasil dari militer yang salah langkah, di mana kami akui kami juga pernah mengambil bagian di dalamnya.
Jadi mula-mula, mari kita perjelas: sementara tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan biadab terhadap seorang pria kemarin di Woolwich, yang sejak dikonfirmasi adalah seorang tentara Inggris, seharusnya tidaklah sulit untuk menjelaskan mengapa pembunuhan seperti itu bisa terjadi.
Bahkan Kolonel Richard Kemp, yang menjabat sebagai komandan pasukan Inggris di Afghanistan pada tahun 2001, menulis di tweeter kemarin malam bahwa serangan-serangan semacam itu “bukanlah tentang Irak atau Afghanistan”, tetapi serangan itu menentang “jalan yang kita tempuh”. Banyak juga orang lainnya yang mengatakan hal yang sama.
Tapi mari kita mulai dengan melihat apa yang diucapkan para penyerang itu sendiri. Dengan aksen London, menurut salah seorang wanita yang melakukan intervensi di lokasi kejadian, salah satu penyerang diduga mengatakan bahwa ia “… muak dengan orang-orang yang membunuh Muslim di Afghanistan …”. Lalu perkataan berikutnya, tidak jelas apakah itu dikatakan oleh orang yang sama, ataukah perkataan penyerang yang satunya lagi, yang menyatakan “… pulangkan semua tentara kita sehingga kita semua bisa hidup dengan tenang.”
Seharusnya sekarang menjadi jelas bahwa dengan menyerang Muslim di luar negeri, terkadang Anda akan menelurkan kebencian, seperti yang kita lihat kemarin, kebencian pembunuh itu bahkan terjadi di tanah kita. Kita perlu mengakui bahwa, mengingat peran lanjutan pemerintah kita yang telah memilih untuk bermain dalam proyek kekaisaran AS di Timur Tengah, kita beruntung bahwa serangan semacam ini sangat sedikit jumlahnya [di sini].
Banyak masyarakat Inggris yang berdiri sebagai oposisi terhadap perang ini, termasuk banyak veteran perang seperti saya sendiri dan Ross, serta beberapa tentara lainnya yang berbicara kepada saya, namun nama mereka tidak bisa disebutkan di sini karena mereka takut mengalami penganiayaan.
Faktanya adalah, ada dua pandangan mayoritas di negeri ini: satu di badan politik yang menyatakan perang, perang dan perang lagi, dan satu lagi populasi yang menyatakan cukup sudah tindakan untuk mengorbankan putra putri negeri ini.
Selama 12 tahun, Muslim Inggris telah dipermalukan dan diasingkan oleh pemerintah dan oleh media atas hal-hal yang tidak mereka lakukan. Kita harus mengatakan dengan jelas bahwa tindakan kedua penyerang tersebut adalah tindakan mereka sendiri, dan kita tidak bisa memukul rata.
Memang, jika ada tanggung jawab kolektif atas pembunuhan yang terjadi, akan ada reaksi terhadap mereka yang telah menyebabkan pertumpahan darah – secara langsung, seperti di Afghanistan dan di Irak, dan secara tidak langsung, sampai ke wilayah-wilayah yang jauh dari sana seperti di Woolwich dan di Boston, yang pada gilirannya menciptakan ruang politik untuk menjajakan kebencian mereka, seperti yang kita lihat dalam serangan Woolwich ini.
Yang harus kita lakukan sekarang cukup sederhana. Pertama-tama, tanggung jawab kita sendiri untuk memastikan bahwa orang-orang yang tak berdosa tidak dikenakan hukuman atas hal-hal yang tidak mereka lakukan. Kemudian memaksa pemerintah kita – yang aman-aman saja di rumah mereka – untuk mengakhiri keterlibatan Inggris dalam pendudukan setan asing yang bisa menciptakan pertumpahan darah di London. (banan/grdn/arrahmah.com)

No comments:

Post a Comment