Kekuatan Kiri Ingin Menghancurkan Kekuasaan Islamis di Turki dan Mesir
Istambul (voa-islam.com) Ribuan kekuatan kiri
dan unsur-unsur anti pemerintah Turi berkumpul di Taksim Square di Istanbul,
Turki. Mereka berusaha menghancurkan usaha-usaha yang sudah dilakukan
oleh pemerintahan dibawah Perdana Menteri Tayyib Erdogan.
Konsentrasi massa ini kembali terjadi setelah Wakil Perdana Menteri, Bulent
Arinc, menyampaikan permintaan maaf karena tindakan polisi yang penuh kekerasan
ketika menghadapi para demonstran pada Minggu, 2/6/2013.
Arinc mengatakan bahwa protes adalah "sah dan adil" dan
"penggunaan kekuatan yang berlebihan" oleh polisi adalah salah.
Suasana di Taksim Square yang selama beberapa hari menjadi basis
berkumpulnya massa menjadi meriah ketika mereka menyadari bahwa pemerintah
berusaha melakukan rekonsiliasi, ungkap wartawan BBC Paul Mason yang melaporkan
dari tempat kejadian.
Selain meminta maaf, Arinc juga menghimbau massa untuk menghentikan
demonstrasi dan mengatakan bahwa hal ini sudah diambil-alih oleh "elemen
teroris dan kekuatan asing yang ingin menciptakan instabilitas di Turki",
tegas Arinc.
Massa dalam jumlah banyak dan beragam aliran latar belakang ideolog, bahkan
unsur-unsur seperti fan sepakbola sampai kalangan profesional, tambah
wartawan BBC. Mereka juga meneriakkan kata-kata "Apakah kalian mendengar
kami?". Mereka berharap pemerintah akan mendengarkan permintaan mereka.
Tidak demokratis?
Rekonsiliasi yang ditawarkan oleh Arinc sangat kontras dengan jalur keras
yang diambil oleh Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, yang mengatakan aksi
ini tidak demokratis.
Gerakan yang sekarang ini berlangsung digerakkan oleh unsur-unsur anti
pemerintah, dan berusaha menciptakan kekacauan ditengah-tengah keberhasilan
pemerintah Erdogan memperbaiki kondisi ekonomi Turki, dan stabilitas Turki yang
sangat mapan.
Erdogan mengubah Turki secara total, dan berhasil menghindari campur tangan
militer terhadap kekuaasan di Turki. Tetapi, akhir-akhir ini situasi semakin
campur aduk, semenjak Turki bersikap keras terhadap Zionis-Israel, Iran,
dan Suriah yang menjadi pemicu adanya kekacauan situasi di seluruh kawasan
Timur Tengah, dan Dunia Arab.
Mereka dengan mengggunakan kekuatan kaum buruh Turki, berusaha menggalang
kekuatan dan menciptakan huru-hara dan ingin menghancurkan pemerintahan Turki
dan stabilitas negara itu.
Dibawah Erdogan, Turki bukan hanya sukses membangun ekonomi negara itu, di
mana sekarang Turki menjadi negara yang makmur dengan income perkapita
penduduknya mencapai $ 11.000 dolar. Inflasi di bawah 1 digit. Tingkat
penggangguran yang rendah, dibawah 5 persen. Pertumbuhan ekonomi yang
relatif baik, di atas angka 4 persen, ditengah-tengah negara-negara Eropa yang
megap-megap akibat krisis ekonomi. Turki sekarang menjadi kekuatan ekonomi nomor
4 di jajaran Uni Eropa.
Di bawah Erdogan, Turki mempunyai peranan regional yang sangat efektif, dan
Turki mendukung para pejuang Suriah, serta Turki menampung hampir 70.000
pengungsi Suriah. Turki terus meningkatkan kerjasama dengan negara-negara Arab
di Timur Tengah. Turki menjadi kiblat dunia Arab, khususnya dalam
peruanganannya membela dan mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Bulan Juni
ini, Perdana Menteri Turki, Tayyib Recep Erdogan akan melangsungkan kunjungan
ke Gaza.
Pemerintahan Turki di bawah Partai AKP (Keadilan dan Pembangunan) yang
dipimpin Erdogan menjadi antitesa dari pemerintahan sebelumnya, pemerintahan
sekuler, dan selalu gagal mensejaheterakan rakyatnya. Sepanjang sejarah Turki,
sejak Kemal Attaturk, Turki belum pernah mengalami perubahan yang lebih baik,
kecuali sekarang Turki dipimpin Erdogan.
Keberhasilan Turki dibawah Erdogan ini, yang sekarang diusik oleh kalangna
sekuler, kiri dan kaki tangan asing, dan berusaha menghancurkannya. Erdogan
melalui sebuah voting yang dilakukan parlemen Turki, melarang minuman keras,
dan dituduh Erdogan melakukan Islamisasi di Turki, yang membuat berang kaum
sekuler dan kiri, serta unsur-unsur asing yang memanfaatkan situasi di Turki
menuju sebuah situasi kekacauan politik.
Sama seperti di Mesir, kekuatan kiri, nasional, sekuler dan liberal di bawah
Mohammad el-Baradei, terus-menerus mengguncang pemerintahan Mesir dibawah
Presiden Mohamad Mursi, yang berasil mengubah konstitusi Mesir, yang menjadi
syariah Islam menjadi sumber hukum tertinggi Mesir. Ini belum pernah terjadi
sebelumnya.
Upaya mengguncang Turki dan Mesir yang menjadi "mercusuar"
kekuatan negara Islam yang mayoritas Muslim, dan memiliki posisi sangat
strategis secara regional dan global, sekarang ini terus dihadapkan usaha-usaha
yang merongrong negeri yang mayoritas penduduk Muslim Sunni, dan Iran ikut
serta memanaskan situasi yang ada dengan menyusupkan agen-agen mereka membuat
kekacauan politik di Turki.
Karena, bila Turki dan Mesir berhasil menciptakan kondisi yang stabil, dan
makmur, maka ini akan sangat merugikan kekuatan-kekuatan yang tidak
memginginkan Turki dan Mesir ini stabil, dan membangun negaranya, maka terus
diguncang dengan berbagai aksi yang sangat destruktif, dan itu dilakukan oleh
kekuatan sekuler dan kiri, serta unsur-unsur Syiah. Wallahu'alam.